Sabtu, 01 Maret 2014

Ambil Hikmahnya

  Dengan melangkahkan kaki, ia menuju ke taman dengan membawa sebuah novel islami yang baru dibelinya kemarin. Ia adalah aisyah, seorang gadis yang berjilbab dan hidup di antara keluarga pas-pasan. Selain itu, aisyah juga merupakan sahabat baik dari safa yang latar belakangnya berbanding terbalik dengan aisyah. Safa hidup di keluarga yang kaya dan ia juga tidak suka memakai jilbab. Namun perbedaan di antara mereka berdua tidak menjadi penghalang di antara persahabatan mereka.
“hei!!” tiba-tiba seseorang mengagetkan aisyah dari belakang.
“ya ampun safa, sebagai umat muslim yang baik itu disunahkan mengucapkan salam terlebih dahulu ketika bertemu dan wajibnya menjawab salam.” ceramah aisyah.
“ih iya iya ibu ustadzah. Assalamualaikum.” jawab safa ketus.
“waalaikumsalam. Nah gitu dong fa, kan lebih bagus dan satu lagi senyum yah.” kata aisyah sambil menggoda.
“hehe iya, senyum senyum senyum.” balas safa.
“bagus! Oh iya fa, ada apa? Bukannya tadi kamu dipanggil ibu vina untuk persiapan lomba piano kamu?” tanya aisyah
“iya tadi aku dipanggil. Oh iya syah, aku tuh kesel sama venska, masa yah dia sok cari perhatian sama ibu vina, trus dia pakai dipuji-puji segala lagi. Ih nyebelin.” gerutu safa.
“nah ini nih yang namanya iri, tapi tidak kita sadari. Dosa tau fa.”
Kata aisyah.
“loh kok kamu bilangin aku iri sih?” kata safa heran
Aisyah lalu menjawab.
“safa, coba deh kamu pikirin, kamu sebel sama dia karena katamu dia sok cari perhatiankan dan dia juga dipuji sama ibu vina? Sebenernya dia itu nggak cari perhatian, cuma kemampuan dia mungkin memang patut dipuji menurut ibu vina dan karena kamu tidak bisa menarik perhatian ibu vina, makanya kamu jadi iri kan, sebel kan sama venska? Coba deh pikirin lagi fa”
“iya juga sih kamu ada benernya. Tapi masa aku iri sih? Udah-udah lupain aja.”
Ternyata dari belakang venska dan tiga orang temannya mendengar percakapan safa dan aisyah. Venska mendekat dan berkata
“aduh… safa safa, udah deh ngaku aja kamu iri, sahabat kamu aja ngebelain aku.” venska dan tiga orang temannya pergi meninggalkan mereka berdua sambil tertawa meledek safa. Karena merasa kesal safa membalasnya
“dasar tukang nguping, awas yah kuping kamu ntar copot” teriaknya
“hush safa, nggak boleh begitu ah.” kata aisyah
“habisnya aku kesel sama dia, main nyelonong aja.” kata safa kesal.
“tenang fa, jangan biarkan syaitan mengontrol emosi kamu, tenang yah” bujuk aisyah
“astagfirullahaladzim” kata safa dengan sedikit tenang
“nah gitu dong, kan kalau gitu kamu lebih cantik daripada marah-marah mulu.” ledek aisyah
“hehe iya.” kata safa
“ya udah ayo kita ke kelas, sebentar lagi jam istirahat berakhir.” ajak aisyah.
“ayo!!” jawab safa
“assalamualaikum.” kata safa tiba-tiba
“waalaikumsalam.” jawab aisyah dengan senyum
“syah, aku mau nanya nih.” kata safa membuka pembicaraan/
“apa fa?” tanya aisyah
Safa lalu berkata “gini nih syah, aku mau nanya, kok kamu itu nggak pernah kelihatan marah atau benci sih sama seseorang? Trus kamu kok kayaknya hidup di dunia gak ada beban sama sekali? Beda sama aku yang setiap hari merasa gak lengkap. Oh iya kok kamu juga bisa tahan sih pakai jilbab? Apa gak panas? Trus apa kamu gak ngerasa kalau pakai jilbab itu bikin kecantikan kita berkurang?”
Dengan senyum aishyah menjawab “safa, kalau marah sih pasti aku pernah ingin merasa marah, tapi aku berusaha mengontrol emosi aku, gak mau dong emosi aku dikendalikan oleh syaitan. Kalau masalah benci sama seseorang sih, gimana yah? Allah aja memaafkan hambanya yang benar bertaubat, masa kita cuma manusia gak bisa maafin orang yang berbuat salah sama kita. Mmm… sebenarnya beban hidup aku tuh lebih banyak daripada beban hidup kamu, seperti harus bantu bapak jualan kalau sore, kan kalau gak jualan gak ada duit. Beda sama kamu yang punya duit banyak. Tapi itu semua gak akan kerasa selama kita masih terus bersyukur dan melihat orang-orang yang kurang beruntung dari kita-kita serta lebih mendekatkan diri kepada allah. Kalau masalah pakai jilbab sih, itu muncul dari dalam hati dan keyakinan kita, insyaallah kita tidak akan merasa panas, kan niatnya dari dalam hati. Dan satu lagi, pakai jilbab gak ngurangin kecantikan kita kok, malahan membantu menjaga kecantikan kita”
“wah kamu memang hamba allah yang sempurna.” kata safa
“bukan kok, gak ada orang yang sempurna.” jawab aisyah senyum
“ya udah kalau kayak gitu ajarin aku menjadi seorang muslimah yang baik yah! Aku juga ingin seperti kamu.” kata safa bersemangat
“hihi, iya insyaallah.” jawab aisyah dengan senyum
1 minggu kemudian…..
Ketika aisyah baru tiba di kelas, tiba-tiba seorang temannya memberikan sebuah kertas kecil kepadanya yang berisikan surat dari safa.
“assalamualaikum. Syah, aku ada di taman sekolah nih, kesini dong. Soalnya aku malu nih jalan sendirian ke kelas.”
Tertanda:
Safa
Setelah membaca surat dari safa aisyah segera bergegas ke taman sekolah. Setelah sampai di taman sekolah ia tidak melihat safa, yang ia lihat hanyalah seorang gadis berjilbab sepertinya yang berdiri membelakangi aisyah.
“ah safa, ngerjain aku nih.” gerutunya
Aisyah berjalan ke kelas, tanpa memperhatikan gadis tadi, sebelum sampai di kelas ia mampir terlebih dahulu ke perpustakaan untuk mengembalikan buku pelajaran yang ia pinjam beberapa hari yang lalu. Setelah ia sampai di kelas, ia melihat gadis yang tadi itu duduk di tempat safa tepatnya di sampingnya dengan kepala ditundukkan. Dengan heran aisyah bertanya.
“assalamualaikum”
“waalaikumsalam.” jawabnya sambil menaikkan wajah dan menatap aisyah.
“safa?!” kata aisyah heran
“hehe iya ini aku, kamu kok lama banget sih jemput aku, jadinya aku ke kelasnya sendirian deh” katanya
“tadi aku udah kesana fa, tapi yang aku lihat hanya seorang gadis berjilbab, dan ternyata itu kamu, aku gak tahu” jawab aisyah
“kenapa kamu gak ngenalin aku tadi? Apa aku tambah jelek dengan makai jilbab?” kata safa sedikit kecewa.
“nggak kok, kamu malahan tambah cantik, cuma tdi itu kamu mengahadap belakang, jadi aku gak tahu, maaf yah” kata aisyah minta maaf
“iya gak papa kok, oh iya aku tuh ngikutin semua ajaran kamu, ternyata aku udah ngerasa lebih baik dengan shalat 5 waktu, rajin baca al qur’an dan mendekatkan diri lebih banyak kepada allah, makasih yah syah.” kata safa
“iya sama-sama, alhamdulillah allah membantumu untuk menjadi yang lebih baik.” kata aisyah tersenyum.
Lomba bermain piano yang akan diikuti safa sudah dekat. Ketika sehari sebelum lomba diadakan, saat pulang sekolah venska sengaja menyembunyikan not nada piano yang akan dimainkan safa sehingga ia tidak bisa ikut perlombaan. Dengan khawatir safa, mencari not tersebut yang ditulis di atas selembar kertas tersebut. Aisyah yang kebingungan melihatnya berkata
“nyari apa sih fa?” tanya aisyah yang menemaninya
“nggak, ini aku lagi nyari kertas yang isinya ada not nada piano yang akan kumainkan saat perlomban.” jawabnya tergesa-gesa
“gini aja fa, kalau kamu gak nemuin kertas itu, kamu bermain aja sesuai dengan irama hati kamu besok.” kata aisyah membujuk
“aduh aku takut, aku gak bisa.” kata safa panik
“insyaallah kamu bisa.” jawab aisyah senyum
Keesokan harinya safa sudah terlihat gelisah di belakang panggung, untuk mengatasi kegelisahannya ia berjalan-jalan ke sekitar studio sambil memikirkan kertas yang kemarin. Ketika sedang asyik berjalan-jalan, tiba-tiba ia mendengar suara minta tolong yang bersal dari toilet. Safa segera berlari ke sana, ia mendapati seseorang yang terkunci di dalam toilet. Safa segera memamnggil ob untuk meminta tolong membuka pintu tersebut, dan seseorang yang terkunci di dalam toilet tersebut adalah
“venska?!” kata safa kaget
“safa? Ya ampun, makasih banyak fa, kalau gak ada kamu aku gak tau harus gimana.” katanya sambil memeluk safa
“iya gak papa kok.” jawab safa dengan membalas pelukan venska
Tidak lama setelah mereka berbicara nama venska pun dipanggil untuk tampil. Setelah venska tampil, nama safa pun dipanggil untuk tampil. Dengan gugup safa bermain piano.
Setelah semua peserta telah tampil saatnya pengumuman hasil keputusan juri. Meskipun tidak mendapat juara pertama, tapi safa sudah merasa bersyukur karena masih bisa menjadi juara dua.
“selamat yah venska, kamu juara pertamanya.” kata safa sambil mengulurkan tangan
“wah, makasih yah fa, aku gak mungkin juara pertama kalau bukan kamu yang nolongin aku. Oh iya aku juga mau jujur sama kamu. Sebenernya…” kata venska gugup
“apa vens?” jawab safa
“gini fa, yang nyembunyiin kertas not kamu itu, aku. Aku minta maaf banget yah fa, maafin aku.” kata venska memohon
“hah kamu? Iya deh gak papa, tapi lain kali tolong kamu jangan gitu lagi yah.” balas safa
“aku boleh gak jadi temen kalian berdua?” tanya venska gugup
“boleh kok.” jawab safa dan aisyah serentak
“alhamdulillah, berarti sekarang kita temenan.” kata aisyah, safa dan venska.Mereka bertiga akhirnya menjadi sahabat yang baik dan selalu kompak.
Created By : @annisabur_ tanggal 13Februari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar