Selasa, 22 Juli 2014

CERBUNG:Pergilah Sahabat Aku Merelakanmu||By:AnnisaFB

Baru kali ini aku merasakan kekecewaan terhadap sikap seorang sahabat terhadapku. Setelah sekian lama menjalin kebersamaan, ternyata sifat aslinya bersembunyi di balik senyum manisnya kepadaku. Saling tertawa, bercanda, berbagi suka maupun duka dan segala hal yang lumrah kami lakukan sebagai teman telah kami lalui bersama tanpa beban dan rahasia yang kami sembunyikan antara satu sama lain. Namun, akhir-akhir ini, entahlah ada sekat yang memisahkan kami dan sekat itu semakin lama semakin lebar dan tinggi hingga aku tak tahu lagi sosok dan bayangannya seperti apa saat ini. Apakah dia masih bersahabat ataukah telah menjadi musuh?. Aku tidak berani mengambil kesimpulan sampai sejauh itu. Husnudzon (berprasangka baik) itulah yang bisa aku lakukan saat ini.
Sudah 1 minggu dia menjauhiku dalam pesan singkat yang dia kirimkan kepadaku 4 hari yang lalu, dia berkata bahwa dia sedang ingin menjaga hatinya dan jika aku paham agama maka aku pun akan mengerti mengapa dia melakukan ini terhadapku. Sungguh aku tak tahu kesalahan yang aku perbuat seperti apa sehingga dia bersikap seperti itu, di dalam kelas pun dia jarang menyapa atau mengobrol denganku padahal aku merasa selama ini kami baik-baik saja. Hingga detik ini saat musyawarah kerja dalam kepengurusan di lembaga dakwah kampus ku usai aku memberanikan diri bertanya kepada seorang teman yang akhir-akhir ini begitu dekat dengannya sebenarnya apa yang terjadi. Dan Alhamdulillah dia pun bersedia menjawab pertanyaanku.
Sesampainya di rumah, aku berpikir kembali tentang jawaban atas pertanyaan yang aku ajukan kepada temanku seusai musyawarah. Yah, aku akui aku memang salah dan sempat terluput dari ingatanku bahwa status yang dulu sempat aku pajang di sosial media tidak pantas aku publikasikan karena itu adalah privasiku apalagi aku adalah seorang akhwat dan seorang aktifis dakwah yang seharusnya menjaga kehormatanku sebagai seorang muslimah. Mungkin itulah mengapa dia menjauhiku dan aku maklumi sikapnya terhadapku, dan sudah sebulan ini akupun mulai mengurangi aktifitasku di sosial media untuk menghindari hal yang sia-sia.
Namun, yang tak habis pikir adalah mengapa dia begitu tega membeberkan rahasiaku kepada orang lain? Mengapa temanku yang menjawab pertanyaanku tadi tahu rahasia yang seharusnya hanya kami berdua yang tahu? Yah ternyata aku telah salah mempercayai sahabatku itu. Ingin aku sampaikan kepadanya “Jikalau memang ada ucapan ataupun perbuatanku yang engkau anggap salah seharusnya langsung saja katakan kepadaku tidak dengan menceritakannya kepada orang lain dan dengan tanpa rasa bersalah dan tanpa aku tahu sebabnya kamu menjauhiku, apakah menurutmu itu adil? Apakah aku pernah menceritakan rahasiamu kepada orang lain? Apakah kau tidak berpikir begitu percayanya aku padamu untuk menjaga rahasia ini tapi apa salahku hingga kamu tega dan berani menusukku dari belakang? Bukankah sebagai seorang sahabat seharusnya engkau berani menasehatiku atas kelalaian yang aku lakukan?”
Bukankah seharusnya sahabat itu tidak hanya ada dalam keadaan suka maupun duka tetapi juga senantiasa ada untuk memberi nasehat dikala kelalaian dan kekeringan iman menimpa jiwa sahabatnya. Ataukah mungkin aku yang telah salah mengira dirinya sebagai seorang sahabat padahal baginya aku hanyalah seorang teman biasa. Yah entahlah jawaban dari pertanyaanku ini hanya dia dan Allah saja yang tahu.
Aku berharap semoga kedepannya aku mendapatkan seorang sahabat yang benar-benar berani untuk menegurku dikala lalai, memberi semangat dikala lemah, memberi motivasi dikala gundah, memberi senyuman dikala aku butuh, dan seorang sahabat yang tidak akan pernah meninggalkanku meski seluruh dunia menjauhiku. Sahabat mulai detik ini aku merelakanmu pergi mencari sesosok sahabat lain yang sesuai dengan kriteriamu itu karena aku merasa aku memang bukanlah yang terbaik dan aku bukanlah akhwat yang terluput dari dosa, aku bukanlah akhwat yang sempurna seperti yang engkau inginkan mungkin akan selalu ada kelalaian yang aku lakukan karena aku bukanlah rasul yang ma’sum (terhindar dari dosa). Perlu kau ketahui aku tidak menaruh dendam terhadapmu atas sikapmu ini hanya kecewa namun rasa kecewaku ini akan menghilang seiring dengan berjalannya waktu. Meskipun engkau menjauh dan menghindariku aku akan tetap menjaga ukhuwah kita.
Dan akhirnya, disini aku sedang menunggu, menunggu sesosok sahabat yang baik untukku. Seorang sahabat yang saling mencintai karena Allah Subhanahu Wata’aala, hingga naungan Allah menghampiri kami pada hari yang tidak ada naungan selain naungan-Nya.
Dalam derai hujan, aku panjatkan doa
Sahabat semoga engkau senantiasa dalam lindunganNya
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar