Rabu, 09 Juli 2014

Islamic Knowledge

Mengapa al-Quran hanya dijaga dengan hafalan dan catatan di atas kulit? Apa hikmah dan filosofinya?
Jawaban Global
Terkait dengan pertanyaan mengapa al-Quran pada masa Rasulullah Saw dijaga dengan media hafalan dan tulisan di atas kulit harus dikatakan bahwa:
  1. Desakan untuk menulis al-Quran dengan adanya keinginan orang-orang Arab untuk menghafalnya, menunjukkan  bahwa semenjak hari-hari pertama, kaum Muslimin mengetahui bahwa pada ayat-ayat kitab samawi ini tidak boleh mengalami perubahan walau satu kata.Salah satu media yang digunakan untuk menulis al-Quran adalah kulit yang lebih banyak bermanfaat dan lebih tahan  dalam mencatat hal-hal penting. Namun dalam menyediakan media kulit ini bahkan bagi orang-orang kaya juga tidaklah mudah. Karena itu, orang-orang Arab menggunakan bahan-bahan lain yang lebih cocok untuk menulis, seperti kulit kayu atau bahkan batang kering.
  2. Penulisan al-Quran pada masa Rasulullah Saw; pada hakikatnya sokongan atas apa yang dikumpulkan oleh kaum Muslimin dalam ingatan-ingatan mereka.
~Apakah dalam Al-Quran juga diisyarahkan tentang lapisan-lapisan atmosfer?

Jawaban Global
Atmosfer dalam istilah ilmu geologi adalah lapisan gas di sekitar bola dunia. Atmosfer dari segi kegunaan dan fungsinya memiliki tujuh lapisan.
Ada beberapa ayat Al-Quran yang menjelaskan bergunanya lapisan-lapisan gas atau atmosfer itu bagi kita. Misalnya Allah Swt berfirman:
﴿وَ جَعَلْنَا السَّماءَ سَقْفاً مَحْفُوظاً وَ هُمْ عَنْ آیاتِها مُعْرِضُونَ﴾
“Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya.” (Qs. Al-Anbiya’ [21]: 32)

Dikarenakan ketenangan yang ada di bumi tidak cukup untuk ketenangan hidup manusia, dan diperlukan penjaga di atas atap yang dapat menjaganya dari runtuhan benda-benda langit, karena itu Allah berfirman demikian.
Yang dimaksud dengan langit di sini adalah atmosfer yang mengitari bumi, yang ketebalannya beratus-ratus kilometer. Lapisan tersebut sepertinya lembut dan tersusun dari kumpulan gas dan udara, namun juga tebal hingga dapat membakar benda-benda langit yang berjatuhan ke bumi karena gesekan dengannya. Dengan demikian permukaan bumi aman dari serangan meteor dan jatuhnya benda-benda lainnya.
Jawaban Detil
Atmosfer adalah lapisan-lapisan gas yang menyelimuti bumi.[1] Dalam istilah ilmu geologi definisinya adalah: Atmosfer adalah selubung gas di sekitar bumi. Lapisan paling rendahnya adalah permukaan bumi dan lapisan paling atas tidak ada pembatasnya. Menurut para ilmuan, ketebalan atmosfer lebih dari 1000 kilometer.
Dalam pembahasan geologi dan meteorologi, atmosfer memiliki lapisan-lapisan berikut ini: Torosphere, Stratosphere, Mesosphere, Ionosphere, Exosphere, Magnetosphere dan Angin Matahari. Ada juga yang mengatakan: Lapisan-lapisan atmosfer dikategorikan berdasarkan berbagai tolak ukur, misalnya dari segi suhu udara, lapisan atomsfer dibagi menjadi lima bagian.
Sebagian ilmuan yang meyakini kemukjizatan Al-Quran dalam ilmu pengetahuan berkeyakinan bahwa dari segi fungsi dan kegunaan, kitab suci ini membagi lapisan-lapisan atmosfer menjadi tujuh lapis, yang mana menurut ilmu geologi secara urut lapisan-lapisan itu adalah: Torosphere, Stratosphere, Mesosphere, Ionosphere dan Exosphere.[5]
Meskipun atmosfer adalah istilah baru, namun banyak ayat Al-Quran yang menyinggung keberadaannya. Di sini kita akan mengisyarahkan tiga contoh di antaranya:
  1. Allah Swt berfirman:
﴿وَ جَعَلْنَا السَّماءَ سَقْفاً مَحْفُوظاً وَ هُمْ عَنْ آیاتِها مُعْرِضُونَ﴾
“Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya.” (Qs. Al-Anbiya’ [21] : 32)
Karena kenyamanan di muka bumi saja tidak cukup, dan perlu penjaga dari bahaya benda-benda luar angkasa, Allah Swt menciptakan atap untuk bumi berupa “langit” (yakni atmosfer) yang merupakan tanda kebesaran-Nya.
Yang dimaksud dengan “langit” di ayat tersebut adalah lapisan udara yang ketebalanya ratusan kilometer. Lapisan-lapisan udara itu tersusun dari kumpulan gas yang meliputi permukaan bumi. Atmosfer, atau lapisan-lapisan udara tersebut, meski terlihat lembut karena hanya sekedar udara dan gas, namun dikarenakan ketebalannya, setiap benda angkasa yang jatuh ke permukaan bumi sebelum menyentuh daratan sudah habis terbakar terlebih dahulu karena gesekannya. Keberadaan atmosfer-lah yang menjaga muka bumi dari serangan meteor-meteor.
 
  1. Allah Swt juga berfirman:
﴿و ثُمَّ اسْتَوى‏ إِلَى السَّماءِ وَ هِیَ دُخانٌ فَقالَ لَها وَ لِلْأَرْضِ ائْتِیا طَوْعاً أَوْ کَرْهاً قالَتا أَتَیْنا طائِعینَ﴾
“Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa." Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati."” (QS. Fushilat [41] : 11)

Sayid Hibatuddin Syahristani berkeyakinan bahwa yang dimaksud dengan kata “langit” dan “asap” di ayat itu adalah atmosfer. Sebelum memberikan penjelasan tersebut, mulanya ia menyebutkan arti-arti dari kata “langit” (sama’); sebagaimana yang ia jelaskan, menurut masyarakat awam yang dimaksud dengan “langit” adalah “segala sesuatu yang berada di atas bumi.” Lalu dalam istilah teknis agama kata “langit” memiliki beberapa arti:
Pertama, udara yang ada di atas bumi dan ruang hampa;
Kedua, selubung udara yang lebar dan menyelimuti bumi;
Ketiga, planet-planet dan benda langit di angkasa.
Lalu ia berkata: Jika “langit” itu dapat diartikan sebagai setiap maujud yang ada di atas, lalu apa salahnya jika kita artikan langit sebagai selubung gas dan udara yang menyelimuti bumi kita ini? Kemudian dia membawakan puluhan dalil dari ayat dan riwayat untuk membuktikan bahwa maksud “langit” adalah atmosfer bumi kita. Misalnya ayat 11 surah Fushilat adalah salah satu dari dalilnya; dan begitu juga riwayat-riwayat yang menyinggung bahwa bumi tercipta dari kumpulan asap. Asap di ayat suci itu diartikan sebagai uap, yang kesimpulannya ia jelaskan begini: Berdasarkan berbagai riwayat yang ditemukan, maksud dari asap adalah uap; namun karena asap dan uap berasal dari satu sumber, atau karena keduanya mirip, oleh karena itu kata “asap” digunakan untuk makna uap. Maka riwayat-riwayat yang kami temukan menjadi saksi bahwa seluruh langit yang berjumlah tujuh yang menyelubungi tujuh bumi tercipta dari uap.
Banyak mufasir lain yang memberikan kemungkinan yang sama. (Ya, banyak sekali pendapat-pendapat ahli tafsir lainnya).
 
  1. Ia berfirman pula:
﴿وَ بَنَیْنا فَوْقَکُمْ سَبْعاً شِداداً﴾
“Dan Kami bina di atas kamu tujuh buah (langit) yang kokoh,” (Qs. An-Naba’ [78] : 12)

Satu lagi kemungkinan yang ada berkenaan dengan ayat suci ini: yang dimaksud adalah tingkatan-tingkatan udara di bumi atau atmosfer. Yang meskipun kelihatannya hanya sekedar udara dan tidak memiliki kepadatan, namun jika ada benda dari angasa yang jatuh ke bumi dia akan terbakar hangus hingga menghilang sebelum menyentuh permukaan bumi. Jika lapisan atmosfer ini tidak ada, maka kehidupan manusia di muka bumi akan hancur begitu saja terkena jatuhan benda-benda angkasa.
Atmosfer memberikan kenyamanan hidup bagi para penghuni bumi. Jelas ini semua adalah karunia Ilahi dan merupakan rahmat serta kasih sayang dari-Nya, sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Qur’an.

                                   --
~Manakah yang lebih tinggi kedudukannya, Ka’bah ataukah Karbala? Mengenai masalah ini terdapat berbagai pendapat, manakah pendapat dan riwayat yang shahih dan bisa dijadikan sandaran?
Jawaban Global
Riwayat-riwayat dari para Imam Ahlulbait As pernah menukilkan tentang kelebihan tanah Karbala atas Ka’bah, akan tetapi kendati demikian, mungkin masih ada tempat yang lebih suci dan muqaddas namun tidak ada amalan-amalan wajib di sana; sebagaimana Nabi Khidhir As yang lebih pandai dari Nabi Musa As, akan tetapi masyarakat saat itu hanya berkewajiban untuk mengikuti nabi Musa As.
Imam Sajjad As bersabda, “24 ribu tahun sebelum menciptakan tanah Ka’bah dan menempatkan haram-Nya di sana, Allah Swt telah menciptakan Karbala, dan menjadikannya sebagai haram yang aman dan mubarak, dan ketika Allah menggoncangkan dan menggerakkan bumi (mungkin ini kiasan dari hari kiamat) maka tanah Karbala dengan turbah dan tanahnya akan terangkat ke atas dalam keadaan yang bercahaya dan benderang, ia akan diletakkan di kebun-kebun surga terbaik dan menjadi tempat tinggal terbaik, di sana tidak akan tinggal seorangpun kecuali para anbiya mursalin atau para nabi ulul azmi. Tanah ini terlihat gemilang di tengah-tengah kebun surga, sebagaimana bintang yang bercahaya di antara planet-planet yang kemilau, cahaya tanah ini menyilaukan mata para penghuni surga dan dengan suara keras ia mengatakan, Aku adalah tanah yang suci, baik, dan mubarak, tempat bersemayamnya sayyidusyuhada dan penghulu para ahli surga.”
Imam Shadiq As kemudian melanjutkan, “Tanah Ka’bah yang posisinya di atas tempat-tempat yang lain dengan angkuh mengatakan, adakah tanah yang sepertiku, tempat dimana rumah Tuhan berada di punggungku dan manusia mendatangiku dari tempat-tempat yang jauh, Allah talah menjadikanku haram-Nya dan menjadikanku sebagai tanah yang aman. Allah Swt kemudian mengirimkan wahyu kepadanya, berfirman, Diam dan tenanglah! Demi Kemuliaan dan Keagungan-Ku, apa yang engkau anggap sebagai kemuliaanmu jika dibandingkan dengan kemuliaan yang kuberikan kepada tanah Karbala, sebagaimana setetes air dari air samudra dari sebuah jarum yang dicelupkan ke dalamnya dan membawa tetesan tersebut bersamanya, dan sesungguhnya, jika tidak ada tanah Karbala maka tidak akan ada kemuliaan ini bagimu, demikian juga jika tidak ada sesuatu yang disembunyikan oleh tanah ini, maka niscaya Aku tidak akan menciptakanmu, dan niscaya rumah yang berada di punggungmu yang engkau banggakan itu juga tidak akan Aku ciptakan. Karena itu, diam dan tenanglah, rendah dan hinakan dirimu dan lembutlah kepada tanah Karbala, jangan perlihatkan kesombongan, merasa besar dan keras kepala, dan jika engkau melakukan hal ini, engkau akan tenggelam dan aku akan memasukkanmu ke neraka qararat.”
Seluruh hal di atas, sepenuhnya bisa diterima, karena jika tidak ada kesyahidan Imam Husain As di Karbala, maka hari ini tidak akan ada yang namanya thawaf, Ka’bah maupun Islam!

                               --
~Dalam sebuah hadis disebutkan, “Barangsiapa membiasakan makan keju di awal bulan hampir tidak pernah ditolak apa yang diinginkannya (Mafaatihul Jinan 366).” Pertanyaannya adalah apakah hadis ini ada benarnya. Apakah benar memakan keju di awal bulan maka hajat-hajat manusia akan terpenuhi?
 
Jawaban Global
Riwayat ini disebutkan oleh Sayid Ibnu Thawus dalam al-Duru’ al-Waqiyah dan setelahnya termaktub dalam Wasail al-Syiah.
Sayid Ibnu Thawus mengutip riwayat ini sebagaimana berikut:
“Saya meriwayatkan dengan sanad saya dari Harun bin Musa Tal’uqbari dan dari Muhammad bin Hamam bin Suhail, dari Muhammad bin Yahya Farisi dari Muhammad bin Yahya Thabari dari Walid bin Aban Razi dari Muhammad bin Sama’i dari ayahnya dari Imam Shadiq As, “Keju adalah makanan baik. Ia akan menyegarkan air liur dan mengharumkan bau mulut dan mencerna makanan sebelumnya serta menimbulkan nafsu makan. Barang siapa yang memakan keju di awal bulan boleh jadi hajatnya tidak tertolak.”
Terlepas dari sanad antara Sayid Ibnu Thawus hingga Harun bin Musa Tal’uqbari (ulama dan ahli hadis besar abad kelima yang semasa dengan Najjasyi) yang tidak termasuk dalam rentetan sanad, beberapa orang yang disebutkan dalam sanad ini tidak dikenal atau tidak disebutkan tentangnya dalam buku-buku Rijal. Di antara orang tersebut adalah Muhammad bin Yahya Farisi dan Muhammad bin Yahya Thabari yang namanya tidak disebutkan dalam literatur-literatur primer kitab Rijal.Adapun Walid bin Razi yang disebutkan pada sebagian kitab Rijal namun tidak ada penilaian tentangnya.
Atas dasar itu, riwayat ini lemah dari sudut pandang sanad dan dari sudut pandang kandungan, tidak ditemukan satu pun riwayat yang serupa yang mendukung kandungan riwayat ini. Riwayat ini hanya disebutkan untuk pertama kalinya pada buku al-Duru’ al-Wâqiyah Sayid Ibnu Thawus dan riwayat ini tidak disebutkan pada buku-buku lainnya.
Benar! Mendiang Burqi menyebutkan sebagian dari riwayat ini dalam bukunya tanpa menyertakan sanad. Katanya, “Imam bersabda, ‘Keju akan mencernakan makanan sebelumnya dan menimbulkan selera makan setelah menyantapnya.” Sebagaimana yang kita saksikan; bagian akhir riwayat “memakan (keju) di awal bulan supaya dikabulkan hajatnya” tidak disebutkan dalam nukilan Burqi.
Namun dari sisi lain, dengan memperhatikan riwayat lainnya; secara umum kita tahu bahwa memakan keju memiliki banyak manfaat dan sangat dianjurkan kepada setiap orang untuk memakan keju. Berikut ini kami akan menyebutkan sebagian di antara manfaat memakan keju:
Dalam sebagian riwayat disebutkan anjuran untuk memakan keju disertai walnut. Dalam riwayat lainnya disebutkan, “Keju dan walnut apabila dimakan bersama akan berfungsi sebagai obat (artinya tidak berbahaya dan boleh jadi akan menyehatkan badan) dan masing-masing apabila dimakan sendiri-sendiri akan berbahaya bagi badan.”
Demikian juga dalam beberapa riwayat disebutkan anjuran untuk memakan keju, “Keju sebaiknya dikonsumsi pada waktu malam dan (lebih baik disantap) ketika makan malam ketimbang makan siang.”

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar