One
Jari-jari
kanan Alifa mengetuk-ngetuk pelan mejanya yang penuh akan buku-buku pelajaran,
alat tulis, dan bahkan kotak nasi sekalipun. Sementara, tangan kirinya menopang
dagu. Matanya menatap lurus ke arah luar jendala dimana lonceng kebahagiaan
berada, yap! Lonceng itu memang dekat disamping jendela Kelasnya. Menunggu
waktu istirahat yang lama rasanya membuat lambungnya semakin berteriak.
Melamun, melamun, dan melamun. ‘’Tenggg! Tenggg ! Tenggg! ’’, bunyi keras
berturut-turut itu datang dari lonceng yang tengah dipukul keras oleh guru
piket, tentu saja hal itu membuat lamunan gadis itu buyar. Semua murid
berhamburan keluar kelas layaknya gerombolan semut yang baru keluar dari
lubangnya. Gadis itu memandangi dua sahabatnya yang tengah berjalan keluar
kelas menuju kantin, tanpa mengajaknya terlebih dahulu.
Dear
Diary,
Ada apa dengan mereka? Kenapa
sejak tadi mereka diam saja? Bahkan saat ini mereka tega meninggalkan aku
sendirian di Kelas?
Gadis
itu bersikeras melangkahkan kakinya mengejar jejak kedua sahabatnya itu hingga
pada saat ia hampir mendapati jejak kedua sahabatnya, Ia berteriak ‘’Renaaaa,
Lisaa tunggu aku’’. Seketika orang-orang di sekitarnya menatap dirinya dan
entah apa yang mereka fikirkan. Namun, teriakannya tak sedikitpun membuat kedua
sahabatnya itu menoleh ke arahnya dan berkata iya Lif, ayo kita makan bakso biar aku yang bayarin. Mungkin mulai
saat ini, kata-kata itu tidak akan keluar dari mulut mereka lagi. Gadis itu
mengurungkan niatnya untuk menyusul kedua sahabatnya di Kantin, dan kembali ke
Kelas seorang diri. ‘’Alhamdulillah...masih untung mama bawain aku bekal nasi
dan lauk, kalo tidak ya terpaksa aku makan di Kantin tanpa mereka, ya walaupun
pada kenyataannya saat ini juga aku tetap sendiri di Kelas’’, celetuknya dalam
hati.
Waktu
belajar di Sekolah berlalu, sekitar pukul 15.00 WIB lonceng kebahagiaanpun
kembali dipukulkan dengan kerasnya ‘’Teng! Teng! Teng!’’. Seluruh isi kelas
sekejap menghilang meninggalkan ruang kelas dengan wajah-wajah yang gembira.
Namun, tidak begitu dengan Alifa. Saat ini, Ia masih merenungi keanehan tingkah
dua sahabatnya selama seharian tadi, gadis itu masih duduk di bangku kelas
seorang diri. Tangan kirinya menopang dagu, sementara tangan kananya memegang
pena dan meggoreskannya di atas lembar Diary
miliknya.
Dear
Diary,
Mimpi apa aku semalam? Salah apa aku?
Mereka kebahagiaanku di Sekolah yang
selalu memberikan tawanya, senyumnya, candanya hanya untuk aku, namun hari ini
senyuman dan candaan itu tidak ada? Lenyap begitu saja bagaikan ditelan bumi.
Kelas
sepi, bangku-bangku kosong, Suasana yang tadinya bising sekejap menjadi hening.
Seorang Satpam Sekolah mengecek satu persatu kelas, memastikan tidak ada siswa/siswi yang masih ada di lingkungan
sekolah. Saat Satpam mengecek kelasnya, Alifa terperangah kaget. ‘’Heh kamu
cepat pulang ke rumah, tidak baik jika berlama-lama di Sekolah’’, kata Satpam
garang itu dengan logat Bataknya yang kental. Tentu saja hal itu membuat Alifa
memaksakan diri untuk berhenti menulis keluhannya pada Diary nya. Cepat-cepat Alifa memasukkan buku-buku yang belum
dirapihkan ke dalam tasnya.
Ketika
Alifa menuju keluar gerbang sekolah, tiba-tiba senyumnya terlukis kembali
tatkala ia mendapati kedua sahabatnya itu ternyata masih jajan di luar gerbang
sekolah. Ini adalah waktu yang tepat untuk
memulai kembali berkomunikasi layaknya di hari-hari sebelumnya. Alifa
berlari meninggalkan kelasnya dan melupakan segala keluhan yang ia rasakan
selama waktu tadi.
‘’Renaaa, Lisaa belum pulang? Jajan
mulu nih ya hahaha traktir aku dong kayak biasanya, seblak ceker hahaha’’, kata
Alifa sambil tertawa merayu sahabatnya.
‘’Iya, murid baru itu ada di kelas X
MIPA 2 kan?’’ balas Rena.
‘’Benar. Kalau enggak salah, namanya
Imam. Ku dengar, dia cerdas banget. Sering menjuarai Olimpiade Fisika dan jago
mengarang cerpen gitu deh. Katanya dia sudah menerbitkan 13 buku dalam waktu 2
tahun’’, Sahut Lisa.
Alifa menganga. Baru dia sadari,
kedua sahabatnya malah asyik dengan obrolan sendiri.
Aku
bagai noda hitam yang jatuh pada kain hitam.
Tanpa fikir panjang, Alifa berusaha ikut
campur dalam obrolan itu, Karena dia tidak ingin diperlakukan seperti Kacang
Garing.
‘’Oh
ya? Berarti enggak kalah keren dong sama aku, aku dan dia sama-sama penulis. Waaah...jago Fisika pula,
enggak jauh bedalah sama aku’’, Timpal Alifa dengan percaya diri.
Kedua
sahabatnya saling menatap.
‘’Iyadah hebat Lif kamu, Hebat,
Keren!’’, Sahut Rena sedikit tertawa
sambil berjalan bersama Lisa dan meninggalkan Alifa.
‘’Hahaha Terimakasih kawan, enggak
jadi nih beliin aku seblak?’’, Sahut Alifa.
‘’Memangnya siapa yang mau beliin dia
seblak ya Ren? No way kali duluan Lif...Bye!’’,
Sahut Lisa sambil menatap Rena di dalam Angkot.
Entah
aku terlalu dibawa perasaan atau tidak, pada kenyataannya aku sakit
diperlakukan layaknya kacang garing, gosong tak dihiraukan sedikitpun. Bahkan
pujian dari mereka terasa ada yang berbeda. Seperti tidak tulus.
Angkot pun melaju membawa Lisa dan
Rena pulang meninggalkan Alifa yang masih berdiri di depan Warung Seblak. Tiba-tiba bahunya terhentak oleh gertakan
tangan seorang laki-laki, rupanya laki-laki itu Zaki murid kelas X MIPA 2.
‘’Heh..bukannya
seharusnya kamu tiap hari Selasa Les menulis? Tapi kok hari ini kamu enggak?’’,
Kata Zaki.
‘’
Eh...Aduh bener ki, aku lupa kalau hari ini hari Selasa dan di hari ini aku
seharusnya melaporkan naskah cerpenku ke Ka Boni untuk diperiksa...gimana
nih’’, Sahut Alifa panik.
‘’Ehm...ngomong-ngomong deadline nya tinggal Seminggu lagi
loh..lihat nih punyaku sudah aku print
dan siap untuk dikirim’’, Sahut Zaki menuduhkan lembaran-lembaran naskah
karangannya.
Alifa menatap dengan ekspresi tidak
suka. Cepat-cepat ia meninggalkan Zaki untuk segera menuju ke Rumah Cerpen
milik Kak Boni. Alifa memang sudah lama Les menulis disana sejak usianya masih
7 tahun, selain karena Hobby, kedua
orang tuanya pun ikut mendukung hobby nya.
Hal itu membuat Alifa menekuninya hingga saat ini.
‘’Lihat saja nanti secepatnya aku
akan menyusul naskah milikmu’’, Teriak Alifa sambil berlari meninggalkan Zaki.
Sesampainya di Rumah Cerpen, Ia
berjalan dengan gesit untuk menemui Kak Boni walaupun sebenarnya waktu Les nya
akan berakhir beberapa menit lagi.
‘’Assalamu’alaikum kak Boni’’, Salam Alifa sambil mengetuk pintu.
Tak lama kemudian, pintu terbuka ‘’Wa’alaikumsalam...eh kamu Lif tumben
telat? Silahkan masuk’’.
‘’Kak, cerpenku sudah jadi
loh...tapi belum di print, masih
disimpan di flashdisk, tolong
diperiksa dong kak biar lebih baik cerpennya’’, Kata Alifa sambil masuk.
‘’Wah hebat...ayo serahkan flashdiskmu biar saya periksa naskah
cerpennya’’, Sahut Kak Boni.
Alifa merogoh-rogoh isi tasnya, lalu
membuka Tempat pensilnya dan rupanya flashdisk
nya tidak ada.
‘’Yaampun...kemana flashdisk punya ku? Setau aku flashdisk ku tidak pernah aku keluarkan
dari tempat pensil ini seharian tadi, apa mungkin ada orang yang sengaja
mengambil flashdisk ku?’’, Gerutu
Alifa dengan wajahnya yang pucat pasi.
‘’Mungkin saja kamu lupa menaruhnya,
atau mungkin jatuh di jalan, jangan cemas gitu lif...naskahmu mungkin masih
tersimpan di document laptop mu...coba
cek’’, Sahut Kak Boni.
Kemudian, Alifa membuka file document nya satu persatu di laptop nya.
‘’Aduh...Tuhan tolong aku’’, kata
Alifa sambil menatap layar laptop.
Setelah beberapa menit berlalu...
‘’Oh My God tidak ada...ternyata naskahnya tidak aku save di document laptop...sia-sia semua kerja kerasku selama kurang lebih 1
bulan untuk menyelesaikan naskah itu’’, Lanjut Alifa sambil menepuk keras
keningnya, dan menutup keras-keras laptop.
‘’Kak Boni bisa bantu apa? Coba
tolong kamu ingat-ingat apa jangan-jangan kamu lupa ketika kamu menge-print sesuatu, kamu lupa mengambil
kembali flashdisk mu di suatu warnet
atau tukang print..’’, Sahut Kak Boni.
------PENDING GUYS, BIASA ADA TUGAS GICUH,DO'AIN AJA BIAR CEPET KELAR, BIAR CEPAT DIKIRIM NASKAHNYA :''( :''(
Tidak ada komentar:
Posting Komentar