Jumat, 01 Mei 2015

(BELUM KETEMU JUDUL YANG TOKCER)



        One

Jari-jari kanan Alifa mengetuk-ngetuk pelan mejanya yang penuh akan buku-buku pelajaran, alat tulis, dan bahkan kotak nasi sekalipun. Sementara, tangan kirinya menopang dagu. Matanya menatap lurus ke arah luar jendala dimana lonceng kebahagiaan berada, yap! Lonceng itu memang dekat disamping jendela Kelasnya. Menunggu waktu istirahat yang lama rasanya membuat lambungnya semakin berteriak. Melamun, melamun, dan melamun. ‘’Tenggg! Tenggg ! Tenggg! ’’, bunyi keras berturut-turut itu datang dari lonceng yang tengah dipukul keras oleh guru piket, tentu saja hal itu membuat lamunan gadis itu buyar. Semua murid berhamburan keluar kelas layaknya gerombolan semut yang baru keluar dari lubangnya. Gadis itu memandangi dua sahabatnya yang tengah berjalan keluar kelas menuju kantin, tanpa mengajaknya terlebih dahulu.

            Dear Diary,

Ada apa dengan mereka? Kenapa sejak tadi mereka diam saja? Bahkan saat ini mereka tega meninggalkan aku sendirian di Kelas?

Gadis itu bersikeras melangkahkan kakinya mengejar jejak kedua sahabatnya itu hingga pada saat ia hampir mendapati jejak kedua sahabatnya, Ia berteriak ‘’Renaaaa, Lisaa tunggu aku’’. Seketika orang-orang di sekitarnya menatap dirinya dan entah apa yang mereka fikirkan. Namun, teriakannya tak sedikitpun membuat kedua sahabatnya itu menoleh ke arahnya dan berkata iya Lif, ayo kita makan bakso biar aku yang bayarin. Mungkin mulai saat ini, kata-kata itu tidak akan keluar dari mulut mereka lagi. Gadis itu mengurungkan niatnya untuk menyusul kedua sahabatnya di Kantin, dan kembali ke Kelas seorang diri. ‘’Alhamdulillah...masih untung mama bawain aku bekal nasi dan lauk, kalo tidak ya terpaksa aku makan di Kantin tanpa mereka, ya walaupun pada kenyataannya saat ini juga aku tetap sendiri di Kelas’’, celetuknya dalam hati.

  

Waktu belajar di Sekolah berlalu, sekitar pukul 15.00 WIB lonceng kebahagiaanpun kembali dipukulkan dengan kerasnya ‘’Teng! Teng! Teng!’’. Seluruh isi kelas sekejap menghilang meninggalkan ruang kelas dengan wajah-wajah yang gembira. Namun, tidak begitu dengan Alifa. Saat ini, Ia masih merenungi keanehan tingkah dua sahabatnya selama seharian tadi, gadis itu masih duduk di bangku kelas seorang diri. Tangan kirinya menopang dagu, sementara tangan kananya memegang pena dan meggoreskannya di atas lembar Diary miliknya.

            Dear Diary,

Mimpi apa aku semalam? Salah apa aku? Mereka  kebahagiaanku di Sekolah yang selalu memberikan tawanya, senyumnya, candanya hanya untuk aku, namun hari ini senyuman dan candaan itu tidak ada? Lenyap begitu saja bagaikan ditelan bumi.

Kelas sepi, bangku-bangku kosong, Suasana yang tadinya bising sekejap menjadi hening. Seorang Satpam Sekolah mengecek satu persatu kelas, memastikan tidak ada  siswa/siswi yang masih ada di lingkungan sekolah. Saat Satpam mengecek kelasnya, Alifa terperangah kaget. ‘’Heh kamu cepat pulang ke rumah, tidak baik jika berlama-lama di Sekolah’’, kata Satpam garang itu dengan logat Bataknya yang kental. Tentu saja hal itu membuat Alifa memaksakan diri untuk berhenti menulis keluhannya pada Diary nya. Cepat-cepat Alifa memasukkan buku-buku yang belum dirapihkan ke dalam tasnya.

Ketika Alifa menuju keluar gerbang sekolah, tiba-tiba senyumnya terlukis kembali tatkala ia mendapati kedua sahabatnya itu ternyata masih jajan di luar gerbang sekolah. Ini adalah waktu yang tepat untuk memulai kembali berkomunikasi layaknya di hari-hari sebelumnya. Alifa berlari meninggalkan kelasnya dan melupakan segala keluhan yang ia rasakan selama waktu tadi.

            ‘’Renaaa, Lisaa belum pulang? Jajan mulu nih ya hahaha traktir aku dong kayak biasanya, seblak ceker hahaha’’, kata Alifa sambil tertawa merayu sahabatnya.

            ‘’Iya, murid baru itu ada di kelas X MIPA 2 kan?’’ balas Rena.

            ‘’Benar. Kalau enggak salah, namanya Imam. Ku dengar, dia cerdas banget. Sering menjuarai Olimpiade Fisika dan jago mengarang cerpen gitu deh. Katanya dia sudah menerbitkan 13 buku dalam waktu 2 tahun’’, Sahut Lisa.

            Alifa menganga. Baru dia sadari, kedua sahabatnya malah asyik dengan obrolan sendiri.

            Aku bagai noda hitam yang jatuh pada kain hitam.

            Tanpa fikir panjang, Alifa berusaha ikut campur dalam obrolan itu, Karena dia tidak ingin diperlakukan seperti Kacang Garing.

‘’Oh ya? Berarti enggak kalah keren dong sama aku, aku dan dia sama-sama penulis. Waaah...jago Fisika pula, enggak jauh bedalah sama aku’’, Timpal Alifa dengan percaya diri.

Kedua sahabatnya saling menatap.

            ‘’Iyadah hebat Lif kamu, Hebat, Keren!’’, Sahut Rena sedikit tertawa  sambil berjalan bersama Lisa dan meninggalkan Alifa.

            ‘’Hahaha Terimakasih kawan, enggak jadi nih beliin aku seblak?’’, Sahut Alifa.

            ‘’Memangnya siapa yang mau beliin dia seblak ya Ren? No way kali duluan Lif...Bye!’’, Sahut Lisa sambil menatap Rena di dalam Angkot.

            Entah aku terlalu dibawa perasaan atau tidak, pada kenyataannya aku sakit diperlakukan layaknya kacang garing, gosong tak dihiraukan sedikitpun. Bahkan pujian dari mereka terasa ada yang berbeda. Seperti tidak tulus.

            Angkot pun melaju membawa Lisa dan Rena pulang meninggalkan Alifa yang masih berdiri di depan Warung Seblak.      Tiba-tiba bahunya terhentak oleh gertakan tangan seorang laki-laki, rupanya laki-laki itu Zaki murid kelas X MIPA 2.

‘’Heh..bukannya seharusnya kamu tiap hari Selasa Les menulis? Tapi kok hari ini kamu enggak?’’, Kata Zaki.

            ‘’ Eh...Aduh bener ki, aku lupa kalau hari ini hari Selasa dan di hari ini aku seharusnya melaporkan naskah cerpenku ke Ka Boni untuk diperiksa...gimana nih’’, Sahut Alifa panik.

            ‘’Ehm...ngomong-ngomong deadline nya tinggal Seminggu lagi loh..lihat nih punyaku sudah aku print dan siap untuk dikirim’’, Sahut Zaki menuduhkan lembaran-lembaran naskah karangannya.

            Alifa menatap dengan ekspresi tidak suka. Cepat-cepat ia meninggalkan Zaki untuk segera menuju ke Rumah Cerpen milik Kak Boni. Alifa memang sudah lama Les menulis disana sejak usianya masih 7 tahun, selain karena Hobby, kedua orang tuanya pun ikut mendukung hobby nya. Hal itu membuat Alifa menekuninya hingga saat ini.

            ‘’Lihat saja nanti secepatnya aku akan menyusul naskah milikmu’’, Teriak Alifa sambil berlari meninggalkan Zaki.


            Sesampainya di Rumah Cerpen, Ia berjalan dengan gesit untuk menemui Kak Boni walaupun sebenarnya waktu Les nya akan berakhir beberapa menit lagi.

            ‘’Assalamu’alaikum kak Boni’’, Salam Alifa sambil mengetuk pintu.

            Tak lama kemudian, pintu terbuka ‘’Wa’alaikumsalam...eh kamu Lif tumben telat? Silahkan masuk’’.

            ‘’Kak, cerpenku sudah jadi loh...tapi belum di print, masih disimpan di flashdisk, tolong diperiksa dong kak biar lebih baik cerpennya’’, Kata Alifa sambil masuk.

            ‘’Wah hebat...ayo serahkan flashdiskmu biar saya periksa naskah cerpennya’’, Sahut Kak Boni.

            Alifa merogoh-rogoh isi tasnya, lalu membuka Tempat pensilnya dan rupanya flashdisk nya tidak ada.

            ‘’Yaampun...kemana flashdisk punya ku? Setau aku flashdisk ku tidak pernah aku keluarkan dari tempat pensil ini seharian tadi, apa mungkin ada orang yang sengaja mengambil flashdisk ku?’’, Gerutu Alifa dengan wajahnya yang pucat pasi.

            ‘’Mungkin saja kamu lupa menaruhnya, atau mungkin jatuh di jalan, jangan cemas gitu lif...naskahmu mungkin masih tersimpan di document laptop mu...coba cek’’, Sahut Kak Boni.

            Kemudian, Alifa membuka file document nya satu persatu di laptop nya.

            ‘’Aduh...Tuhan tolong aku’’, kata Alifa sambil menatap layar laptop.

            Setelah beberapa menit berlalu...

            ‘’Oh My God tidak ada...ternyata naskahnya tidak aku save di document laptop...sia-sia semua kerja kerasku selama kurang lebih 1 bulan untuk menyelesaikan naskah itu’’, Lanjut Alifa sambil menepuk keras keningnya, dan menutup keras-keras laptop.

            ‘’Kak Boni bisa bantu apa? Coba tolong kamu ingat-ingat apa jangan-jangan kamu lupa ketika kamu menge-print sesuatu, kamu lupa mengambil kembali flashdisk mu di suatu warnet atau tukang print..’’, Sahut Kak Boni.

------PENDING GUYS, BIASA ADA TUGAS GICUH,DO'AIN AJA BIAR CEPET KELAR, BIAR CEPAT DIKIRIM NASKAHNYA :''( :''(

Tidak ada komentar:

Posting Komentar