Kamis, 08 Mei 2014

The Great Dream(Request >> @nurfifah_)

“Kapan kamu mau pakai kerudung, Dek?”
Ah… sepertinya Kakakku ini tak pernah bosan menanyakan aku tentang hal ini.
“Nanti, Kak. Kalau sudah waktunya.”
“Jangan sampai waktu itu ketika kamu sudah tak mampu bergerak lagi, tak mampu bernafas lagi. Jangan sampai waktu itu, orang lain yang akan menutup auratmu, Dek.” Aku mengerutkan keningku.
“Maksud Kakak?” “Ya itu, kalau sudah azal menjemput. Ketika meninggal, bukankah aurat kita ditutup seluruhnya oleh kain?”
Hidiih, Kakak ngomongnya serem.
Tapi aku belum siap, Kak. Lagian aku kan masih SMP. Nggak pa pa dong masih berpakaian ala remaja zaman sekarang? Gumamku dalam hati.
Aku memang cewek gaul. Aku senang mengikuti trend hidup remaja saat ini. Aku kelas tiga SMP. Hobiku nyanyi dan ngedance. Tapi di rumah aja sih, tepatnya di kamarku sendiri. Bagaimana gaya pakaianku? Persis seperti gaya pakaian girlband atau aktris-aktris korea. Sedangkan Kakakku? Dia masih kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di kotaku. Dia laki-laki. Tapi cerewet sekali dalam menasihatiku.
“Ingat, Dek. Azal itu rahasia Allah. Kalau kamu menanti-nanti untuk melaksanakan perintah-Nya, maka apa kamu yakin kamu masih punya kesempatan untuk taubat?”
“Tutup auratmu, Dek.”
“Jaga kehormatan dirimu sebagai seorang perempuan”
“Jangan biarkan auratmu menjadi tontonan laki-laki yang bukan mahrommu.”
Dan sebagainya-. Sepertinya ia tak pernah bosan memberikan wejangan itu padaku. Sampai itu masuk ke alam bawah sadarku.
Aku sedang berada di suatu tempat yang terlihat asing di mataku. Kuperhatikan sekelilingnya, banyak perempuan yang sedang berlalu-lalang. Semuanya perempuan! Apakah memang dunia sudah kehabisan laki-laki? Perempuan-perempuan itu, mereka kebanyakan berpakaian seperti aku. Ada satu atau dua di antara mereka yang memakai kerudung dan menutup seluruh auratnya.
Tiba-tiba saja, ada yang menggenggam pergelangan tanganku dan menyeret aku sambil berlari. Siapa dia? Aku tak tahu. Wajahnya terlihat samar-samar. Kulihat wanita-wanita yang berpakaian persis sepertiku juga dibawa lari oleh sesosok yang entah mereka itu makhluk apa. Hanya mereka yang mengenakan kerudung yang lolos dari penculikan massal ini. Tidak! Ternyata ada juga yang pakai kerudung, tapi tetap jadi korban! Mungkin karena pakaian mereka masih belum sempurna menutup aurat. Ya! Karena mereka mengenakan kaos ketat dan celana juga ngetat sekali!
Oh Tuhan, ada apa ini? Apa ini kiamat?
Kami, para perempuan yang diseret lari oleh para penculik misterius itu dibawa ke suatu tempat yang bagiku sangat menyeramkan. Seperti penjara bagi makhluk-makhluk buas.
Kuperhatikan banyak juga jumlah korban penculikan itu. Tak ada satu pun wajah mereka yang kukenal. Semuanya tampak asing di mataku.
“Dengarkan semuanya!”
Tiba-tiba saja ada suara keras yang menggelegar, sampai aku merasa gedung bangunan seram ini terasa bergetar. Tapi entah dari mana asal suara itu. Tiba-tiba, aku merasa sendiri. Kemana perempuan-perempuan yang tadi bersamaku? Kini aku berada di suatu ruangan besar yang berbentuk lingkaran. Aku berada tepat di tengah ruangan itu. Kulihat sekelilingnya ada ruangan-ruangan kecil seperti sel. Ya! Ini memang penjara!
“Bagaimana perasaan kalian? Takut?”
“Kalian tahu sedang dimana?”
Suara itu lagi! Kalian? Berarti, memang aku tidak sendiri!
“Kalian berada di penjara! Ya! Penjara bagi laki-laki yang haus akan kecantikan dan keindahan tubuh wanita. Mereka ada di dalam sel-sel itu. Kalau sel itu terbuka, maka mereka siap melahapmu kapanpun mereka suka! Sel itu memang terlihat kuat! Tapi, ia akan senantiasa mengalami pengenduran. Sel itu akan habis tergerus oleh waktu! Satu-satunya cara untuk menghindar dari santapan mereka adalah, tutup tubuh kalian rapat-rapat. Jangan ada yang terlihat sedikitpun, kecuali muka dan telapak tangan! Jangan pula kalian seolah berpakaian, padahal sebenarnya telanjang!” Aku merinding, mendengarkan ucapan suara menggelegar itu, sambil sesekali memperhatikan sekelilingku. Sepertinya bulu kudukku berdiri. Melihat sosok-sosok yang ada di balik jeruji besi itu. Air liur keluar dari mulut mereka. Mata mereka semua tertuju ke arahku. Seperti seekor srigala, atau harimau yang hendak memakan mangsanya!! Dan lihat! Betapa perasaan ini bercampur aduk antara malu, takut, jijik, dan perasaan buruk lainnya! Aku memang sedang mengenakan hotpants ditambah baju kaos yang mungkin seharusnya dipakai anak SD. Ya! Aku jijik sama diriku sendiri! Aku merasa hina! Kembali kuperhatikan sekelilingku. Suara menggelegar itu lenyap entah kemana. Asalnya darimana pun tak jelas.
Kulihat jeruji-jeruji besi yang berada di sekelilingku itu berbeda-beda kualitasnya. Ada yang terlihat sudah usang. Ada yang terlihat kokoh. Penghuni di dalamnya yang bisa kulihat, semuanya sama! Sedang menatap dalam-dalam ke arahku. Dan yang paling aku jijikkan adalah air liur yang meleleh membasahi bibir dan mulut-mulut mereka. Ada satu jeruji yang aku tak dapat melihat siapa di baliknya. Mungkin ia juga tak dapat melihatku. Jeruji besi miliknya juga terlihat paling kokoh di antara yang lain. Apa maksudnya ini?
“Bagaimana? Apa kalian rela menjadi mangsa sosok-sosok buas ini?” Kembali suara itu menggelegar. Membuyarkan aku dari bayang-bayang sosok mereka!
“Kalau tidak, maka segeralah tutup aurat kalian. Silahkan pulang dan tutup aurat kalian!” Tutupnya.
Pulang? Kami diculik, bukan? Bagaimana jalan pulang saja aku tak tahu. Aku juga tak tahu bagaimana cara keluar dari ruangan mengerikan ini. Sampai aku merasa lenyap ditelan waktu.
Ah, mimpi! Aku terbangun dengan perasaan yang tak tergambarkan. Tadi itu serasa nyata sekali. Rupanya cuma mimpi! Tapi mimpinya benar-benar telah mengoyak-ngoyak hatinya.
Minggu pagi itu aku segera menuju Kakak.
“Kak, Kakak!”
“Apa Dek?”
“Kakak hari ini ada acara gak?”
“Kakak ada jadwal ngisi ceramah di mesjid kampus, Dek. Kenapa memang?”
“Yaah. Tadinya aku mau minta ditemenin beli baju-baju muslimah, Kak. Aku mau deh nutup auratku!”
“Bener, Dek?” Kakakku seolah tak percaya. Aku menganggukkan kepalaku mantap! “Alhamdulillah…” Ucapnya. Terlihat wajah Kakakku sangat bahagia. Aku belum pernah melihat dia sebahagia itu sebelumnya.
"Terimakasih, Kak. Ini juga berkatmu. Alam bawah sadarku telah menghasilkan mimpi yang luar biasa buatku".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar